TIPOLOGI PSIKOLOGI KEPRIBADIAN
Dalam bab ini akan dipaparkan bahwa usaha-usaha untuk
memahami dan menyingkap perilaku dan kepribadian manusia antara lain
menghasilkan pengetahuan yang disebut tipologi. Tipologi adalah pengetahuan
yang berusaha menggolongkan manusia menjadi tipe-tipe tertentu atas dasar faktor-faktor
tertentu, misalnya karakteristik fisik, psikis, pengaruh dominan, nilai-nilai
budaya, dan seterusnya.
Di bawah ini akan diketengahkan beberapa jenis tipologi
psikologi kepribadian, yang dibedakan berdasar komponen kepribadian, antara
lain sebagai berikut ;
A. Tipologi
Konstitusi
Tipologi konstitusi merupakan tipologi yang dikembangkan atas dasar aspek
jasmaniah. Dasar pemikiran yang dipakai para tokoh tipologi konstitusi adalah
bahwa keadaan tubuh, baik yang tampak berupa bentuk penampilan fisik maupun
yang tidak tampak, misalnya susunan saraf, otak, darah, dan lain sebagainya
dalam penentuan ciri-ciri seseorang.
Ada beberapa ahli yang telah
mengembangkan tipologi konstitusi, di antaranya adalah Hippocrates dan Gelenus,
De Giovani, Viola, Sigaud, Sheldon, dan seterusnya. Uraian berikut hanya
menyajikan beberapa tipologi konstitusi. Dalam bab ini juga akan terdapat
teori-teori yang tidak semata-mata membahas soal kontitusional seperti misalnya
teori E. Kretschmer dan teori W.H. Sheldon, tetapi yang apa bila diteliti
benar-benar akan nyata bahwa dasar pandangan atau orientasinya juga melalui konstitusional.
Di antaranya adalah :
1. Tipologi
Hypocrates
– Galenus
Tipologi ini dikembangkan oleh Gallenus
berdasarkan pemikiran Hippocates.
Hippocrates (460-370 SM) adalah dikenal sebagai bapak ilmu kedokteran, karena
itu tidak mengherankan kalau ia membahas kepribadian manusia berdasar
kontitusional, yang terpengaruh oleh kosmologi empedukles, yang menganggap
bahwa alam semesta beserta isinya tersusun dari empat inti dasar, yaitu tanah,
air, udara dan api. Dengan sifat-sifat yang didukungnya
ialah kering, basah, dingin dan panas, maka
Hippocrates berpendapat bahwa dalam diri seseorang terdapat empat macam sifat
yang didukung oleh keadaan konstitusional yang berupa cairan-cairan yang ada
dalam tubuh orang itu, yaitu : [1]
a). Sifat kering
terdapat dalam chole (empedu kuning)
b). Sifat basah
terdapat dalam melanchole (empedu hitam)
c). Sifat dingin
terdapat dalam phlegma (lendir)
d). Sifat panas
terdapat dalam sanguis (darah)
Menurut Hippocates keempat cairan
tersebut ada dalam tubuh dan dalam proporsi tertentu. Apabila cairan-cairan
tersebut adanya dalam tubuh dan dalam proporsi selaras (normal), maka orangnya dalam
keadaan normal/sehat, sebaliknya apabila keselarasan proporsi tersebut
terganggu maka orangnya menyimpang dari keadaan normal/sakit.
Kemudian Galenus (129-199 SM)
menyempurnakan ajaran Hippocrates tersebut dan membeda-bedakan kepribadian
manusia atas dasar keadaan proporsi campuran cairan-cairan tersebut. Galenus
sependapat dengan Hippocrates, bahwa di dalam tubuh manusia ada empat macam
cairan, yaitu : Chole, Phlegma, Melanchole dan Sanguis.
Cairan-cairan tersebut adanya dalam
tubuh manusia secara teori dalam proporsi tertentu. Kalau suatu cairan adanya
dalam tubuh itu melebihi proporsi yang seharusnya (jadi dominan) maka akan
mengkibatkan adanya sifat-sifat kejiwaan yang khas. Sifat-sifat kejiwaan yang
khas ada pada seseorang sebagai akibat dari pada dominannya salah satu cairan
badaniah itu oleh Galenus disebutnya dengan temperament. Jadi dengan dasar
pikiran yang telah dikemukakan itu sampailah Galenus kepada penggolongan
manusia menjadi empat tipe temperament, berdasar pada dominasi salah satu
cairan badaniahnya.
Pandangan Hippocrates yang kemudian disempurnakan
oleh Galenus selanjutnya disebut tipologi Hippocrates Galenus dapat disajikan
secara ringkas pada tabel berikut :[2]
TABEL 1
Tipologi Hyppocrates – Galenus
Cairan badan yang dominan
|
Prinsip
|
Tipe
|
Sifat-sifat khasnya
|
Chole
|
Tegangan
|
Kholeris
|
Hidup (besar semangat),
Keras, hatinya mudah terbakar,
Daya juang besar, optimis,
|
Melanchole
|
Penegaran (rigity)
|
Melankholis
|
Mudah kecewa, Muram, penakut
Daya juang kecil, pesimis,
|
Phlegma
|
Plastisitas
|
Phlegmatis
|
Tak suka terburu-buru (tenang),
Tak mudah untuk dipengaruhi,
Setia, sabar
|
Sanguis
|
Ekspansivitas
|
Sanginis
|
lincah, Ramah, mudah tersenyum, Mudah
berganti haluan,
|
2. Tipologi
Mazhab Italia
a.
Teori De-Giovani ; Hukum Deformasi
Pada tahun 1880 De-Giovani menerbitkan karyanya yang berjudul
Morfologia del Corpo Umamo. Dalam buku tersebut dia merumuskan hukum
deformasi, yang berisikan penggolongan variasi tubuh manusia. Secara singkat
pendapat De-Giovani tersebut adalah bahwa ada tiga macam variasi tubuh manusia,
yaitu :[3]
1). Orang
dengan togok[4]
kecil cenderung untuk mempunyai bentuk tubuh yang panjang, yang mempunyai
hubungan dengan habitus phthisis.
2). Orang
dengan togok besar cenderung untuk mempunyai bentuk tubuh pendek, yang
mempunyai hubungan dengan habitus apoplectis.
3). Orang-orang
dengan togok normal cenderung untuk mempunyai proporsi badan yang normal.
b. Tipologi
Viola
Berdasarkan atas bahan-bahan penyelidikan serta teori De-Giovani tersebut, Viola dalam penyelidikan-penyelidikan kemudian berhasil
menemukan adanya tiga golongan bentuk tubuh manusia, yaitu :[5]
1). Microsplanchnis, yaitu bentuk tubuh yang
ukuran-ukuran menegaknya lebih dari pada dalam perbandingan biasa, sehingga
tubuh kelihatan jangkung.
2). Macrosplanchnis, yaitu bentuk tubuh yang
ukuran-ukuran mendatarnya lebih dari pada dalam perbandingan biasa, sehingga
tubuh kelihatan pendek.
3). Normosplanchnis, yaitu bentuk tubuh yang
ukuran-ukuran menegak dan mendatarnya selaras, sehingga tubuh kelihatan
selaras.
Pendapat ini ternyata banyak sekali persamaannya dengan pendapat Kretschmer yang akan dikemukakan beberapa waktu
kemudian.
Rava, seorang pendukung madzhab Italia yang kemudian menemukan, bahwa :
a). Penderita-penderita
neurasthenia dan psychasthenia kebanyakan terdapat pada golongan
microsplanchnis.
b). Penderita-penderita
manis-depresif kebanyakan terdapat pada golongan macrosplanchnis.
Selanjutnya perlu pula
kiranya dikemukakan pendapat madzhab Italia mengenai sebab musabab variasi
tubuh manusia itu. Madzhab Italia berpendapat, bahwa variasi atau
bermacam-ragamnya keadaan jasmani manusia itu berakar pada keturunan, jadi
tergantung kepada dasar yang di bawa sejak lahir dan dengan demikian tak dapat
diubah oleh pengaruh dari luar.
3.
Tipologi Mazhab Perancis
: Morfologi Konstitusional ; Sigaud
Pada waktu yang bersamaan dengan timbul dan berkembangnya
madzhab Italia, di Perancis terdapat pula kegiatan yang serupa, yaitu kegiatan
dalam penyelidikan mengenai variasi tubuh manusia, yang dilakukan oleh
sekelompok ahli di bawah pimpinan Sigaud. Para
penyelidik Perancis ini menyelidiki variasi tubuh manusia itu dari segi yang
agak berbeda dengan apa yang dilakukan oleh madzhab Italia.
Dalam menggolongkan manusia yang beradasar pada jasmaniah
kategori yang digunakan sebagai dasar adalah dominasi sesuatu fungsi fisiologi
di dalam pertumbuhan organisme. Yaitu motorik, pernafasan, pencernaan
dan susunan saraf sentral. Fungsi-fungsi yang manakah yang terkuat pada
seseorang, disitulah orang itu digolongkan, karena itu Sigaud menggolongkan
manusia atas empat golongan, yaitu :[6]
1). Orang
yang kuat fungsi motoriknya (berwujud keadaan alam), termasuk tipe maskuler,
dengan ciri-cirinya yaitu anggota badannya serba panjang, bersipir, serba
bersudut dan lain sebagainya.
2). Orang
yang kuat pernafasannya (berwujud udara), termasuk tipe respiratoris,
dengan ciri-cirinya, yaitu bentuk dadanya membusung, wajahnya lebar dan lain
sebagainya.
3). Orang
yang kuat percernakannya (berwujud makan-makanan), termasuk tipe digestif,
dengan ciri-cirinya, yaitu perutnya besar, pinggangnya lebar dan lain
sebagainya.
4). Orang
yang kuat susunan saraf sentralnya (berwujud keadan sosial), termasuk tipe serebral,
dengan ciri-cirinya, yaitu langsing, tulang tengkoraknya bagian atas besar
sekali dan lain sebagainya.
Dengan dasar pikiran tersebut di atas dan pendapat
penggolongan tersebut, maka untuk lebih mudah memahaminya dalam uraian ini dapat
diikhtisarkan dalam tabel berikut ini :[7]
TABEL 2
Tipologi Madzhab Perancis : Sigaud
Fungsi yang dominan
|
Tipe
|
Keadaan jasmani yang khas
|
Motorik
|
Maskuler
|
Muka penuh (well-formed), anggota badan
kokoh, otot-otot tumbuh dengan baik, oragan-oragan berkembang secara selaras
|
Pernafasan
|
Respiratoris
|
Thorax dan leher lebih bersar dari pada
yang lain, muka lebar
|
Pencernaan
|
Digestif
|
Thorax pendek besar, pinggang besar,
rahang besar, mata kecil, leher pendek
|
Susunan saraf sentral
|
Serebral
|
Dahi menonjol ke depan dengan rambut di
tengah, mata bersinar, daun telinga lebar, tangan dan kaki kecil
|
4. Morfologi
konstitusional di Jerman : Kretschmer
Teori Kretschmer merupakan salah satu
hasil karya yang besar pada permulaan abadnya yang di usung oleh Kretschmer seorang ahli penyakit jiwa bangsa Jerman,
dalam permulaan abad itu Kretschmer tidak
semata-mata membahas masalah konstitusi, dia juga membahas masalah temperamen,
sebagaimana terbukti dalam karyanya : Korperbau und Character (1921), walaupun
pada dasarnya pandangan atau orientasinya tetap menggunakan dasar konstitusional.
Sehingga tokoh ini menyusun tipologinya berdasarkan pada tipologi konstitusi
fisis dan tipologi konstitusi psikis. Dari dua macam tipologinya itu kemudian
ditunjukkan adanya hubungan satu sama lainnya, sehingga pendapatnya sangat
menarik bagi para ahli-ahli lain dan sempat mendapat sambutan yang positif.
Keterkenalan tipologi Kretschmer ini
disebabkan oleh adanya hubungan antara tipologi jasmani dan rohani, yang pada
dasarnya manusia adalah makhluk monodualisme psikhofisis, yang itu merupakan
hakekat hidup manusia.
Berdasar pada pengalaman-pengalamannya selama bekerja sebagai dokter
jiwa, ia kemudian menyimpulkan bahwa antara bentuk tubuh dengan sifat-sifat
temperamen ada hubungan erat. Sehingga ia mengklasifikasinya sebagai berikut ;[8]
a. Tipologi
konstitusi jasmani (biasanya disebut konstitusi saja)
Berdasarkan atas penyelidikannya terhadap orang-orang yang dirawatnya,
maka Kretschmer menggolong-golongkan manusia atas
dasar tubuh jasmaninya menjadi empat macam, dengan keterangan sebagai berikut :
1). Piknis atau
Stenis
Ukuran mendatar lebih dari keadaan biasa, sehingga kelihatan
pendek-gemuk, maka sifat-sifat khas tipe ini adalah badan agak pendek, dada
membulat, perut besar, bahu tidak lebar, leher pendek dan kuat, lengan dan kaki
agak lemah, kepala agak merosot ke muka di antara kedua bahu, sehingga bagian
atas dari tulang punggung tampak sedikit melengkung, banyak lemak sehingga
urat-urat dan tulang-tulang tak kelihatan nyata dan sebagainya. Dalam tipe ini
bisa memperoleh bentuknya yang jelas setelah orang berumur sekitar 40 tahun.
2). Laptosom atau
Asthenis
Ukuran menegak lebih dari keadaan biasa, sehingga tubuh kelihatan
jangkung, maka sifat-sifat khas tipe ini adalah badan langsing kurus, rongga
dada kecil-sempit, rusuknya mudah dihitung, perut kecil, bahu sempit, lengan
dan kaki kurus, tengkorak agak kecil, tulang-tulang di bagian muka kelihatan
jelas, muka bulat telur, berat relatif kurang dan sebagainya.
3). Atletis
Ukuran mendatar dan menegak dalam perbandingan seimbang, sehingga tubuh
kelihatan selaras, tipe ini merupakan perpaduan antara piknis dan asthenis,
maka sifat-sifat khas tipe ini adalah tulang-tulang dan otot-otot kuat, badan
kokoh dan tegap, tinggi cukupan, bahu lebar dan kuat, dada besar dan kuat,
perut kuat, panggul dan kaki kuat, dalam perbandingan dengan bahu dan dada
kelihatan agak kecil, tengkorak cukup besar dan kuat, kepala dan leher tegak,
muka bulat telur, lebih pendek dari pada tipe asthenis dan sebagainya.
4). Displatis
Tipe ini merupakan penyimpangan dari ketiga tipe yang telah dikemukakan
sebelumnya, tidak dapat dimasukkan ke dalam salah satu di antara ketiga tipe
itu, karena tidak memiliki ciri-ciri yang khas menurut tipe-tipe tersebut.
Bermacam-macam bagian seolah-olah bertentangan satu sama lainnya. Kretschmer menganggap tipe displastis ini menyimpang
dari konstitusi normal. Dalam pada itu perlu dicatat bahwa :
(a). Tipe-tipe itu
lebih nyata pada pria dan kurang nyata pada wanita.
(b). Prakteknya yang
menjadi penting ialah pertentangan piknis dan asthenis.
(c). Tipe-tipe
tersebut terdapat baik pada orang yang mengalami gangguan jiwa maupun pada
orang yang sehat.
b. Tipologi
konstitusi rohani-kejiwaan (temperamen)
Pendapat Kretschmer dalam lapangan ini
sangat dipengaruhi oleh pendapat Kraepelin dalam lapangan psikiatri. Kraepelin
menggolong-golongkan penderita psikosis menjadi dua golongan yaitu :
a. Dementia praecox
yang kemudian disebut schizophrenia
Golongan ini masih hidup di antara orang-orang lain, tetapi seperti telah
mengubur dirinya sendiri, mereka tidak lagi suka menghiraukan apa-apa yang ada
di sekitarnya, mereka kehilangan kontak dengan dunia luar dan seolah-olah hidup
untuk dan dengan dirinya sendiri (autisme).
b. Manis-depresif
Golongan ini sifat jiwanya selalu berubah-ubah, merupakan siklus atau
lingkaran yaitu dari sifat manis (giat, lincah) ke sifat depresif (lemah, tak
berdaya), kembali ke sifat manis lagi lalu gampang berubah menjadi depresif dan
seterusnya.
Dalam lapangan psikiatri, sebagaimana ahli-ahli lain Kretschmer menerima pendapat ini. Selanjutnya ia
menemukan bahwa gejala-gejala seperti yang terdapat pada para penderita
psikosis itu terdapat pula pada orang sehat, kendatipun sangat tidak jelas,
sehingga ia merumuskan bahwa kedua macam sifat-sifat kejiwaan yang terdapat
pada para penderita psikosis itu adalah temperamen normal yang menjadi sangat
jelas. Jadi perbedan antara penderita psikosis dan orang sehat hanyalah
perbedaan kuantitatif. Maka manusia berdasarkan termperamennya (manusia yang
sehat) menurut Kretschmer dapat dibedakan
menjadi dua golongan atau tipe, yaitu :
a. Tipe schizothym
Orang yang bertemperamen schizothym sifat-sifat jiwanya bersesuaian
dengan penderita schizophrenia, hanya sangat tidak jelas. Golongan ini
mempunyai sifat sukar mengadakan kontak dengan dunia sekitarnya, suka
mengasingkan diri, ada kecenderungan ke arah uathisme dan menutup diri sendiri.
Sebenarnya tipe ini dapat pula disebut "supra-tipe" karena ke dalam
tipe ini dimasukkan sejumlah golongan (tipe) tertentu, yaitu :
1). Die Vernehm
Feinsinnigen 3).
Die Weltfremden Idealisten
2). Die Kuhlen
Herrensturen und Egoisten 4). Die
Trockenen und Loahmen
b. Tipe cyclthym
Orang yang bertemperamen cyclthym sifat-sifat jiwanya bersesuaian dengan
penderita manis-depresif, hanya sangat tidak jelas. Golongan ini mudah
mengadakan kontak dengan dunia sekitar, mudah bergaul, mudah menyesuaikan diri
dengan orang lain, mudah turut merasa akan suka dan duka, jiwanya terbuka. Tipe
ini juga mencakup sejumlah golongan (tipe) tertentu, yaitu :
1). Die Geschwatzig Heitern 4). Die Bequenen
Genieazer
2). Die Ruhigen
Humoristen 5).
Die Tatkraftigen Praktiker
3). Die Stillen
Gemutsmenschen
5. Psikologi
Konstitusional di Amerika Serikat : W. H.
Sheldon
Sebagaimana halnya Sigaud dan Kretschmer,
bahwa W. H. Sheldon juga berpendapat tentang
kepribadian seseorang dalam banyak hal berhubungan dengan keadaan jasmani yang nampak.
Struktur jasmani merupakan hal yang utama yang berpengaruh pada pribadi seseorang.
faktor-faktor genetis dan biologis memainkan peranan yang penting dalam perkembangan
kepribadian seseorang. maka untuk memudahkan dalam memahami teori kepribadian
Sheldon ini, dalam uraian ini dibedakan menjadi dua bagian penting, yaitu
1. Struktur Fisis
Berbeda dari kebanyakan ahli-ahli dalam lapangan psikologi kepribadian di
Amerika Serikat yang umumnya mengemukakan kompenen-komponen yang banyak sekali,
maka Sheldon menentukan sejumlah kecil variabel jasmaniah dan temperamen yang
tegas, yang dianggapnya merupakan hal yang terpenting dalam tingkah laku
manusia (kendatipun dia tidak menutup kemungkinan untuk
penyelidikan-penyelidikan yang lebih teliti).
Seperti seorang ahli-ahli konstitusional yang terdahulu Sheldon menentukan
dan memberikan ukuran-ukuran dari pada
komponen-komponen jasmaniah manusia. Dalam pada itu perlu diinsafi bahwa Sheldon
tidak hanya ingin mendapatkan apa yang disebut biological identification tag.
Sheldon berpendapat bahwa faktor-faktor genetis dan biologis memainkan peranan
yang menentukan dalam perkembangan individu. Dia percaya juga, bahwa orang
mukmin mendapatkan representasi dari pada faktor-faktor tersebut dengan melalui
sejumlah pengukuran yang didasarkan pada jasmani. Dalam pandangan Sheldon ada
suatu struktur biologis hipotesis, yaitu morphogenotipe yang menjadi dasar
jasmani yang nampak (phenotipe) dan yang memainkan peranan penting tidak
saja dalam menentukan perkembangan jasmani, tetapi juga dalam pembentukan
tingkah laku. Somatipe merupakan suatu usaha untuk mengukur morphogenotipe itu,
walaupun harus bekerja dengan cara tidak langsung dan terutama bersandar kepada
pengukuran jasmaniah (phenotipe).
Di sini akan dibicarakan cara pendekatan Sheldon untuk mengukur aspek
jasmaniah individu dan selanjutnya dikaji usahanya untuk menentukan komponen
terpenting yang menjadi dasar tingkah laku atau kerpibadian manusia. Dalam hal
ini melalui dimensi-dimensi jasmaniah dapat di bedakan menjadi dua komponen,
yaitu[9]
a. Komponen jasmani
primer
Setelah lama menyelidiki dan menilai dengan teliti dari beberapa obyek
penelitiannya, Sheldon dengan pembantu-pembantunya mengambil kesimpulan, bahwa
ada tiga komponen atau dimensi jasmaniah itu. Ketiga dimensi itu merupakan inti
dari pada tehnik pengukuran struktur tubuh, di antaranya yaitu : 1). Endomorphy,
2). Mesomorphy dan 3). Ectomorphy.
Penggunaan ketiga istilah itu dihubungkan dengan ketiga lapisan pada
terbentuknya foetus manusia (endoderm, mesoderm dan ectoderm). Dominasi
alat-alat yang berasal dari lapisan tertentu menentukan dominasi dari pada
komponen tertentu. Dengan demikian maka menurut Sheldon ada tiga tipe pokok
dari pada jasmani manusia, yaitu
1). Tipe Endomorph
Individu yang komponen endomorphynya tinggi sedangkan kedua komponen
lainnya rendah. Endomorph yang berasal dari endoderm, yaitu lapisan terdalam
dari embrio yang sesudah berkembang akan menjadi bagian penting dari sistem
pencernaan. Tubuh semacam ini cenderung mudah menjadi gemuk dengan tanda utama
halus dan bulat, tulang dan otot relatif kurang berkembang dan fisik secara
umum tidak cocok untuk kegiatan fisik berat.
2). Tipe Mesomorph
Individu yang komponen mesomorphynya tinggi sedangkan kedua komponen
lainnya rendah. Mesomorph berasal dari mesoderm, yaitu lapisan tengah dari
embrio yang kemudian berkembang menjadi otot, persendian dan sistem sirkulasi.
Tubuh semacam ini cenderung ditandai dengan wujud ototnya bersegi-segi, kokoh
dan tahan sakit, sehingga cocok untuk kegiatan yang menggunakan kekuatan fisik.
3). Tipe Ectomorph
Pada golongan ini relatif didominasi oleh kulit dan sistem saraf.
Ectomorph berasal dari ectoderm, yaitu lapisan terluar dari embrio yang
berkembang menjadi kulit dan sistem saraf. Tubuh yang ectomorph ditandai dengan
bentuk tubuh yang tipis, tinggi dan otot yang lemah, dada kecil dan pipih,
otot-ototnya hampir tidak kelihatan. Tubuh ini memiliki permukaan yang paling
luas dibanding dengan dua tipe lainnya, dalam hal proporsi ectomorph mempunyai
otak dan sistem saraf yang paling besar, peka dengan stimulasi dan memiliki
perangkat peralatan yang buruk untuk diupakai kompetisi dalam hal kekuatan
fisik.
Selain itu tiga tipe yang telah diuraikan di atas, menurut Sheldon ada
enam tipe campuran, yaitu di antara tiap dua tipe ada dua tipe campuran, ialah
sebagai beriktu :
1). Endomorph yang
Mesomorphis 4). Mesomorphis
yang Ectonorphis
2). Endomorph yang
Ectonorphis 5).
Ectonorphis yang Endomorph
3). Mesomorphis yang
Endomorph 6). Ectonorphis
yang Mesomorphis
b. Komponen jasmani
skunder
Di samping komponen-komponen jasmani primer sebagaimana disebutkan di
atas, Sheldon juga mengemukakan tiga komponen jasmani skunder, yaitu :
1). Displasia
Dengan meminjam istilah dari Kretschmer, istilah itu dipakai oleh Sheldon
untuk menunjukkan setiap ketidaktepatan dan ketidaklengkapan campuran ketiga
komponen primer itu pada berbagai daerah dari pada tubuh. Dalam
penyelidikan-penyelidikan yang mula-mula Sheldon menemukan bahwa banyak
displasia berhubungan dengan ectomorphy, dan lebih banyak pada wanita dari pada
laki-laki, penyelidikan yang lebih kemudian membuktikan, bahwa lebih banyak
displasia pada para penderita psikosis dari pada pada mahasiswa.
2). Gynandromorphy
Komponen ini menunjukkan sejauh manakah jasmani memiliki sifat-sifat yang
biasanya terdapat pada jenis kelamin lawannya. Komponen ini dinyatakan oleh
Sheldon dengan indeks huruf "g". Gynandromorphy adalah campuran sifat
fisik antar seks laki-laki dan perempuan, yang kalau campuran itu bersifat
psikis biasa disebut "androgini". Laki-laki yang mempunyai indeks
"g" yang tinggi, memiliki tubuh yang lembut, panggul lebar, bulu mata
yang panjang dan sifat feminin lainnya.
3). Texture
Komponen yang
menggambarkan ukuran kehalusan dan kelembutan fisik yang ditandai dengan
komponen "t". komponen ini menilai keindahan dan kemenarikan yang
sukar dilakukan secara obyektif. Komponen ini berhubungan dengan persepsi
estetik dari penampilan fisik manusia. Adapun yang dimaksud dengan texture
(tampang) oleh Sheldon ialah bagaimana individu-individu itu tampak dari luar
(dalam bahasa jawa disebut dedeg-piyadeg).
2. Analisa
Kepribadian
Walaupun telah mempunyai alat yang tetap untuk menilai aspek jasmaniah
dari pada manusia, namun ahli-ahli psikologi konstitusional harus membuat atau
meminjam metode lain untuk menilai tingkah laku atau kepribadian. Dalam hal ini
Sheldon bermula dari pangkal duga bahwa walaupun nampaknya ada banyak dimensi
atau variabel dalam tingkah laku, tetapi pada dasarnya hanya ada sejumlah kecil
komponen-komponen dasar yang diharapkan akan menjadi dasar tingkah laku yang nampak
kompleks itu. Sheldon menyusun suatu cara untuk mengukur komponen-komponen
dasar itu atas dasar pendapat-pendapat yang telah ada dan kemudian disempurnakan
dengan dasar pengetahuan klinisnya serta pengalaman-pengalaman sebelumnya.
Dalam hal ini Sheldon melakukannya dalam dimensi-dimensi temperamen,
yaitu sebagai berikut :[10]
a. Cara kerja
Sheldon
1. Sheldon
mengumpulkan sifat-sifat yang telah terdapat di dalam kepustakaan mengenai kepribadian.
Dan dari penelitiannya ini dia mendapatkan sejumlah 650 macam sifat, jumlah ini
ditambah dengan penemuan Sheldon sendiri. Kemudian semua sifat itu direduksikan
dengan jalan menyatukan sifat-sifat yang mempunyai overlapping dan
menghilangkan yang tidak signifikan. Akhirnya Sheldon dengan
pembantu-pembantunya mendapatkan 50 sifat yang merupakan represesntasi dari
pada semua sifat-sifat tersebut.
2. Kemudian dicari
kelompok sifat (cluster of traits) dengan pedoman untuk memasukkan dalam
satu kelompok harus punya angka kolerasi serendah-rendahnya 0, 60 dan masuk
dalam kelompok yang berbeda harus punya angka kolerasi setinggi-tingginya 0,
30. dengan cara tersebut maka dapat didapatkan tiga kelompok komponen primer
temperamen.
b. Komponen-komponen
primer dari pada temperamen
Ketiga kelompok dari pada sifat-sifat temperamen itu meliputi 22 dari 50
sifat yang telah diketahui. Ketiga komponen itu mula-mula dinamakan faktor I,
II dan III, kemudian dinamakan komponen I, II dan III, dan pada akhirnya
dinamakan viscerotonia, somatotonia dan cerebrotonia.
1). Komponen primer
temperamen yang pertama dinamakan viscerotonia, karena kelompok
sifat-sifat yang dicakupnya berhubungan dengan fungsi dan anatomi alat-alat
visceral / digestif. Orang yang viscerotonis itu mempunyai alat pencernaan yang
relatif besar dan panjang dengan hati besar. Yang kemudian mempunyai
sifat-sifat temperamen sebagai berikut :
a). Sikapnya tidak
tegang dan suka hiburan
b). Gemar
makan-makan
c). Besar
kebutuhannya akan resonasi dari orang lain
d). Tidurnya nyenyak
e). Bila menghadapi
kesukaran membutuhkan orang lain
2). Komponen primer
kedua dinamakan somatotonia, karena sifat-sifat yang dicakupnya
berhubungan dengan dominasi dan anatomi struktur somatis. Orang yang
somatotomatis aktifitas ototnya sekehendaknya dominan. Orang yang termasuk
golongan ini gemar akan ekspresi maskuler, suka mengerjakan sesuatu yang
menggunakan otot, suka mendapatkan pengalaman fisik. Yang kemudian mempunyai
sifat-sifat temperamen sebagai berikut :
a). Sikapnya gagah
b). Perkasa (energetic)
c). Kebutuhan
bergerak besar
d). Suka terus
terang
e). Suara lantang
f). Nampaknya lebih
dewasa dari sebenarnya
g). Bila menghadapi
kesukaran butuh melakukan gerakan-gerakan tertentu.
3). Komponen primer ketiga
dinamakan cerebrotonia. Sebenarnya Sheldon belum pasti benar tentang
penamaan ini. Dinamakan demikian karena dikirakan bahwa aktifitas pokok adalah
perhatian dengan sadar, serta inhibisi terhadap gerakan-gerakan jasmaniah.
Kemudian mempunyai sifat-sifat temperamen sebagai berikut :
a). Sikapnya
ragu-ragu, kurang gagah
b). Kurang berani
bergaul dengan orang banyak (sociophopial)
c). Kurang berani
berbicara dengan orang banyak
d). Suara kurang
bebas
e). Tidurnya kurang
nyenyak (sulit tidur)
f). Nampak lebih
muda dari sebenarnya
g). Bila menghadapi
kesukaran butuh mengasingkan diri
B. Tipologi
Temperamen
Aspek kedua yang merupakan dasar
penyusunan tipologi psikologi kepribadin adalah tipologi temperamen, hal ini
juga sering dinyatakan sebagai konstitusi psikis, artinya sifat-sifat dasar
tertentu dari kelakuan, prinsip-prinsip elementer yang dapat ditemui kembali
dalam semua perbuatan kita dan mentipe kelangsungan jalannya kelakuan kita
tersebut.
Secara singkat dapat disimpulkan
bahwa perumusan tipologi temperamen merupakan aspek kejiwaan dari pada
kepribadian, yang kemudian temperamen dipengaruhi oleh konstitusi jasmaniah.
Sehingga temperamen tersebut berasal dari apa yang dibawa sejak lahir dan
karenanya sukar untuk dirubah oleh pengaruh dari luar.
Dalam hal ini secara singkat pula
akan diuraikan bahasan tentang tipologi temperamen menurut beberapa tokoh yang
ada, dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Tipologi-tipologi
berdasarkan sifat kejiwaan semata :
a. Tipologi
Plato[11]
Dalam bahasan ini Plato
membedakan adanya tiga fungsi/bagian jiwa, yaitu ;
1). Pikiran
(logos), yang berkedudukan di kepala.
2). Kemauan
(thumos) yang berkedudukan di dada.
3). Hasrat
(epithumid) yang berkedudukan diperut.
Kemudian Plato
menjelaskan sumber dari pada ketiga fungsi jiwa tersebut di atas yang mengacu
pada kebajikan, di antaranya adalah :
1). Pikiran
(logos), yang bersumber atas kebijaksanaan.
2). Kemauan
(thumos) yang bersumber atas keberanian.
3). Hasrat
(epithumid) yang bersumber atas penguasaan diri.
Keselarasan atas macam
kebajikan tersebut akan mewujudkan kebenaran atau keadilan. Menurut uraian
ketiga macam tersebut dapat disimpulkan bahwa tentu ada tipe manusia tertentu,
sebab dari ketiganya tentu tidak sama kuatnya, sehingga ada orang yang paling
kuat kebijaksanaannya, atau keberaniaannya atau bahkan kuat menahan hawa nafsu
(penguasaan diri). Kemudian atas dasar dominasi salah satu di antara ketiga
bagian jiwa itu, maka manusia digolongkan menjadi tiga tipe yaitu ;
1). Orang
yang terutama dikuasai oleh daya pikirnya.
2). Orang
yang terutama dikuasai oleh kemauannya.
3). Orang
yang terutama dikuasai oleh hasratnya.
b. Mazhab
Perancis
Sebagaimana dalam
cabang-cabang ilmu pengetahuan yang lain, ahli-ahli Perancis tampil di depan
dengan madzhabnya, demikian pula dalam lapangan yang dibicarakan sekarang ini
dapat disaksikan adanya madzhab Perancis. Dengan dirintis oleh Fourier,
sederetan ahli-ahli seperti Bourdt (1858), Azam (1887), Peres (1892) Ribot
(1892) Queyrat (1896), Malapert (1902) dan lain-lain.
Kalau Characterologie di
Jerman mula-mula menjadi monopolinya ahli-ahli filsafat serta ahli-ahli ilmu
pendidikan dan baru kemudian dibicarakan juga ahli-ahli psikiatri, maka
Perancis hal tersebut mula-mula dibahas oleh ahli filsafat sosial, lewat
ahli-ahli psikiatri, kemudian dilanjutkan ahli-ahli psikologi. Di antaranya adalah
teori Queyrat dan teori Malapert. Dengan uraian sebagai berikut :[12]
1). Tipologi
Queyrat
Queyrat (1896)
menyusun tipologi atas dasar dominasi daya-daya jiwa, yaitu daya
kognitif, daya afektif dan daya konatif. Berdasarkan atas daya-daya tersebut,
mana yang lebih dominan, maka dikemukakan tipe-tipe sebagai berikut :
a). Salah satu daya
yang dominan, yaitu :
(1).
Tipe meditatif, atau intelektual di mana daya kognitif
dominan
(2).
Tipe emosional, di mana daya afektif dominan
(3).
Tipe aktif, di mana daya konatif dominan
b). Dua daya yang
dominan yaitu :
(1).
Tipe meditatif-emosional atau sentimental, dimana daya
kognitif dan daya afektif dominan
(2).
Tipe aktif-emosional atau orang garang, dimana daya
konatif dan daya afektif dominan
(3).
Tipe aktif-meditatif atau orang kemauan, dimana daya
konatif dan daya kognitif dominan
c). Ketiga daya
dalam proporsi yang seimbang
(1).
Tipe seimbang
(2).
Tipe amoroph
(3).
Tipe apathis
d). Ketiga daya itu
ada atau berfungsi secara tak teratur
(1).
Tipe tak stabil
(2).
Tipe tak teguh hati
(3).
Tipe kontradiktoris
e). Ada tiga macam tipe yang tidak sehat
(1).
Tipe hypochondris
(2).
Tipe melancholis
(3).
Tipe histeris
Kesembilan tipe yang pertama adalah
tipe-tipe orang sehat, berikutnya tipe orang-orang yang dalam keadaan antara
sehat dan tidak sehat, sedangkan tiga tipe terakhir adalah tipe-tipe orang yang
menderita sakit.
2). Tipologi
Malapert
Malapert (1902) termasuk
dari golongan Perancis juga menggolong-golongkan manusia atas dasar dominasi
daya-daya jiwa atau aspek-aspek kejiwaan tertentu. Pendapat Malapert itu dapat
diikhtisarkan sebagai berikut :
a). Tipe
intelektual, yang terdiri atas ;
(1). Golongan
analitis
(2). Golongan
reflektif
b). Tipe
afektif, yang terdiri atas ;
(1). Golongan
emosional
(2). Golongan
bernafsu
c). Tipe
volunter, yang teridi atas ;
(1). Golongan
tanpa kemauan
(2). Golongan
besar kemauan
d). Tipe
aktif, yang terdiri atas ;
(1). Golongan
tak aktif
(2). Golongan
aktif
2. Tipologi
Kant & Neo-Kantinisme :
Biasanya orang mengenal
Imanuel Kant serta pengikut-pengikutnya yaitu tokoh-tokoh Kantianisme dan
Neo-Kasntianisme : dalam lapangan filsafat. Namun seperti telah dikemukakan,
Characterologie di Jerman mula-mula menjadi monopolinya ahli-ahli filsafat
serta ahli-ahli ilmu pendidikan dan baru kemudian dibicarakan juga ahli-ahli
psikologi. Demikianlah Kant beserta pengikut-pengikutnya banyak juga berbicara
tentang kepribadian. Yaitu dengan uraian sebagai berikut :[13]
a.
Tipologi Kant
Teori Immanuel Kant
(1724-1804) tentang kepribadian manusia sebagian terdapat dalam kritik der
praktischen Vernunft (1788), tetapi terutama terdapat dalam Anthropologie
(1799). Maka Kant mencakup kedua arti pengertian watak (character),
yaitu :
1). Watak
dalam arti etis atau normatif, yang terutama dikupasnya dalam kritik der
praktischen Vernunft.
2). Watak
sebagai kualitas-kualitas yang membedakan orang yang satu dari yang lain secara
khas (watak dalam arti deskritif atau kepribadian), yang terutama di kupasnya
dalam Anthropologie.
Di samping yang dua hal
itu Kant mengemukakan kualitas yang ketiga, yaitu temperamen. Temperamen
dianggapnya sebagai corak kepekaan atau sinneart, sedangkan karakter
dipandangnya sebagai corak pikiran atau denkungsart. Selanjutnya
temperamen dianggapnya mengandung dua aspek, yaitu
1). Aspek
fisiologis, yaitu konstitusi tubuh, kompleks atau susunan cairan-cairan
jasmaniah.
2). Aspek
Psikologis, yaitu kecenderungan-kecenderungan kejiwaan yang disebabkan oleh
komposisi darah. Yang dalam aspek psikologis ini terdiri dari dua macam
temperamen, yaitu sebagai berikut :
a). Temperamen
perasaan, yang mencakup dua tipe temperamen, yaitu :
(1). Sanguinis
(2). Melancholis
b). Temperamen
kegiatan, yang mencakup dua tipe temperamen, yaitu :
(1). Choleris
(2). Phlegmatis
Selanjutnya pendapat Kant yang telah diuraikan
itu kiranya dapat diikhtisarkan dengan bagan sebagai berikut :
(BAGAN : 1)
Selanjutnya Kant
mencandra temperamen-temperamen tersebut sebagai berikut :
1). Temperamen
sanguis
Temperamen ini ditandai
oleh sifat yang mudah dan kuat menerima kesan (pengaruh kejiwaan), tetapi yang
tidak mendalam dan tidak tahan lama. Adapun sifat-sifat khas golongan ini
adalah :
·
Suasana perasaannya selalu penuh harapan,
segala sesuatu pada suatu waktu dipandangnya penting tetapi sebentar kemudian
tidak dipikirkan lagi.
·
Sanguisinicus sering menjanjikan sesuatu tetapi jarang ditepapti,
karena apa yang dijanjikan itu tak dipikirkannya secara mendalam apakah dia
dapat memenuhinya atau tidak.
·
Dengan senang menolong orang lain, tetapi
tidak dapat dipakai sandaran.
·
Dalam pergaulan peramah dan periang.
·
Umumnya bukan penakut, tetapi kalau
bersalah sukar bertaubat, dia menyesal tetpi sesal itu lekas lenyap.
·
Menegnai soal-soal "zekelijk"
lekas bosan, tetapi mengenai soal permainan atau hiburan tidak jemu-jemu.
2). Temperamen
melancholis
Sifat-sifat khas
temperamen ini adalah :
·
Semua hal yang bersangkutan dengan dirinya
dipandangnya penting dan selalu disertai dengan syakwasangka atau kebimbangan.
·
Perhatiannya terutama tertuju kepada segi
permasalahan kesukaran-kesukarannya.
·
Tidak mudah membuat janji, karena dia
berusaha akan selalu menempati janji yang telah dibuatnya, tetapi hal ini
dilakukannya tidak atas dasar pertimbangan moral melainkan karena kalau tidak
menempati janji itu sangat merisaukan jiwanya : hal ini juga menyebabkan dia
kurang percaya dan tidak mudah menerima keramahtamahan orang lain.
·
Suasana perasaanya umumnya juga
bertentengan dengan suasana perasaan sanguinicus : hal ini menyebabkan
mengurangi kepuasan akan keadaannya, dan kurang dapat melihat kesenangan orang
lain.
3). Temperamen
choleris
Sifat-sifat khas golongan
temperamen ini adalah :
·
Lekas terbakar tetapi juga lekas padam
atau tenang, tanpa membenci.
·
Tindakan-tindakannya cepat tetapi tidak
constant.
·
Selalu sibuk, tetapi dalam kesibukannya
itu dia lebih suka memerintah dari pada mengerjakannya sendiri.
·
Nafsunya yang terutama ialah mengejar
kehormatan ; suka sibuk di mata orang banyak dan suka dipuji secara
terang-terangan.
·
Suka pada sikap semu dan formal.
·
Suka bermurah hati dan melindungi, tetapi
hal ini dilakukannya bukan karena dia sayang kepada orang lain melainkan karena
sayang diri sendiri, sebab dengan berbuat demikian itu dia akan mendapatkan
penghargaan.
·
Dalam berpakaian selalu cermat dan rapi,
karena dengan demikian itu dia Nampak lebih cendekia dari pada yang sebenarnya.
4). Temperamen
phlegmatis
Phlegma berarti
ketidaklembaman, jadi berarti tidak malas. Phlegma sebagai kelemahan ialah
kecenderungan ke arah ketidakpekaan ; alasan yang kuat tidak cukup
merangsangnya untuk bertindak ; ketidakpekaan ini menyebabkan adanya
kecenderungan ke arah kejemuan dan mengantuk. Phlegma sebagai kekuatan
sebaliknya, merupakan sifat yang tidak mudah bergerak tetapi kalau sudah
bergerak lalu tahan lama. Dengan demikian sifat-sifat khas dari golongan ini
adalah sebagai berikut :
·
Lambat menjadi panas tetapi panasnya itu
tahan lama.
·
Tidak mudah marah.
·
Darah yang dingin itu tak pernah
dirisaukannya
·
Cocok untuk tugas-tugas ilmiah.
Dengan sengaja
pencandraan Kant ini dikemukakan dengan agak mendetail, karena pencandraan ini
nanti ternyata besar pengaruhnya terhadap ahli-ahli yang lebih kemudian. Dalam
pada itu masih ada satu hal yang perlu dikemukakan, yaitu masalah temperamen
campuran. Menurut Kant temperamen campuran itu tidak ada karena dengan beberapa
alasan sebagai berikut :
a). Temperamen-temperamen
yang bertentangan dan mungkin berkombinasi, jadi tak aka ada kombinasi antara melancholis
dan sanguinis, ataupaun antara choleris dengan phlegmatis.
b). Kombinasi-kombinsani
yang lain, seperti kombinasi antara sanguinis dan choleris ataupun melancholis
dengan phlegamtis akan saling menetralkan, jadi tak mungkin ada.
b.
Tipologi Neo-Kantinisme
Salah seorang
neo-Kantianis yang terkenal adalah Ensellhans. Karyanya dalam lapangan
psikologi kepribadian adalah characterbildung (1908). Berbeda dari Kant,
dia membatasi temperamen pada segi perasaaan saja, sebab dia berpendapat memang
hanya itulah yang ada, apa yang disebut Kant temperamen kegiatan itu menurut
dia pada hakikatnya adalah konstitusi afektif yang menentukan kegiatan dalam
hubungan dengan kehidupan kemauan. Kepribadian (character) orang nampak
dari tindakan-tindakannya dan tindakan-tindakan itu selalu tindakan kemauan.
Sedang kemauan itu adalah penjelmaan dari pada temperamen. Seperti secara alur
dalam bagan berikut :
(BAGAN : 2)
Adapun temperamen itu
tergantung kepada dua hal pokok, yaitu
a.
Kepekaan kehidupan afektif, yaitu mendalam
dan tidaknya pengaruh perangsang.
b.
Bentuk kejadian afektif, ini tergantung
kepada dua hal sebagai berikut :
1). Mobilitas
perasaan
2). Kekuatan
perasaan
Kedua hal di atas, yaitu
kepekaan kehidupan afektif dan bentuk kejadian afektif dapat menimbulkan
kekuatan penggerak dari pada perasan, dan selanjutnya ini merupakan impuls bagi
motif kemauan. Jadi apa yang telah dikemukakan pada bagan (bagan : 2) tadi
dapat dijelaskan dengan bagan sebagai berikut :
(BAGAN : 3)
Atas dasar variasi
berbagai hal yang merupakan unsur-unsur temperamen itu Enselhans menggolongkan
manusia ke dalam empat tipe sesuai dengan pendapat ahli-ahli yang lebih dahulu
; dalam pada itu masing-masing tipe itu dikhusukan lagi menjadi dua golongan.
Dengan demikian terdapat delapan golongan manusia. Adapun tipe-tipe manusia
menerut Enselhans itu dapat diikhtisarkan sebagai berikut :
TABEL 3
Tipologi
Madzhab Perancis Neo-Kantinisme : Enselhans
Temperamen
|
Kepekaan
Kehidupan
Afektif
|
Bentuk
Afektif
Mopbilitas
|
Kejadian
Kekuatan
|
Kekuatan
Penggerak
dp.Perasaan
|
Golongan / Sifat
Khas Orangnya
|
Melancholis
|
Mendalam
|
Tetap
|
Kuat
|
a. Kuat
|
Orang giat
penuh dengan cita-cita
|
b. Lemah
|
Orang murung
yang pengelamun
|
||||
Choleris
|
Tidak Mendalam
|
Berganti-ganti
|
Kuat
|
a. Kuat
|
Orang kemauan
yang garang / hebat
|
b. Lemah
|
Orang Perasaan,
mudah terseinggung
|
||||
Phlegmatis
|
Mendalam
|
Tetap
|
Lemah
|
a. Kuat
|
Orang berdarah
dingin, pemikir yang kritis
|
b. Lemah
|
Orang yang
bersikap masa bodoh / apathis
|
||||
Sanguistis
|
Tidak Mendalam
|
a. Kuat
|
|||
b. Lemah
|
Dalam pada itu Enselhans
mengemukakan adanya dua aspek watak (character), yaitu :
a.
Aspek formal, yang mencakup sifat-sifat :
1). Konsekuen,
yang menggambarkan keseragaman tindakan-tindakan
2). Kekuatan
(kekuatan kemauan)
3). Keuletan
4). kebebasan
b.
Aspek material, yaitu arah dari pada
kemauan, atau lebih jelasnya arah tindakan, apakah arah tindakan itu baik
ataukah buruk.
3. Tipologi
J. Bahnsen
Julius Bahnsen
(1830-1881) dengan karyanya Beitrage zur Charaterologie (1867) yang
terdiri dari dua jilid. Rumke (1951) menyebut Julius Bahnsen sebagai orang yang
pertama dalam menggunakan istilah Charaterologie. Bahnsen berpendapat
bahwa kepribadian ditentukan oleh tiga macam kejiwaan, yaitu :[14]
a.
1. Temperamen
Dalam hal ini temperamen
ditentukan oleh empat faktor, yaitu :
1). Spontanitas
(spontaneity)
Spontanitas nampak jika
orang menentukan sikap atau bertindak, terlepas dari pengaruh orang lain, jadi
sikap atau tindakan itu benar-benar berpangkal pada jiwa sendiri. Sikap atau
tindakan disebut spontan apabila diambil atau dilakukan tanpa adanya paksaan
dari luar (orang lain). Dalam congritnya variasi spontanitas ini boleh dikata
tak terhingga, akan tetapi secara teori dapat dilakukan dikhotomisasi, sehingga
ada dua macam spontanitas, yaitu (a). yang lemah dan (b). yang kuat.
2). Reseptivitas
(receptivity)
Yang dimaksud dengan
reseptivitas ialah cara bagaimana orang menerima kesan, apakah cepat atau
lambat. Juga di sini secara teori terdapat dua macam reseptivitas, yaitu (a).
yang cepat dan (b). yang lambat.
3). Impresionabilitas
(impressionability)
Yang dimaksud dengan
impresionabilitas ialah mendalam atau tidaknya pengaruh sesuatu keadaan
terhadap jiwa. Juga kualitas ini dalam congritnya tidak terhingga variasinya,
akan tetapi secara teori dapat dibedakan adanya dua macam impresionabilitas,
yaitu (a). yang mendalam dan (b). yang tidak mendalam.
4). Reaktivitas
(reactivity)
Adapun yang dimaksud
dengan reaktivitas ialah lama atau tidaknya sesuatu kesan mempengaruhinya.
Secara teori kualitas ini juga dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (a).
yang lama dan (b). yang tidak lama.
Dengan demikan, dari
keempat faktor pokok itu dapat diketemukan adanya 16 macam kombinasi, sehingga
secara teori juga ada 16 macam variasi temperamen, yang terdiri dari empat
macam temperamen pokok, yaitu
a). Golongan
temperamen choleris
b). Golongan
temperamen sanguinis
c). Golongan
temperamen phlegmatis
d). Golongan
temperamen anamatisch
Adapun dari ke-16 kombinasi tersebut dapat lebih
jelas diperiksa pada bagan serta tabel berikut ini :
(BAGAN : 4)
Apabila kualitas kuat / cepat
/ mendalam / lama diberi tanda (+), sedangkan yang sebaliknya kita beri tanda
(-), maka kesimpulan dapat kita lihat pada tabel berikut ini :
TABEL : 4
Kombinasi
Faktor-Faktor Temperamen : Julius Bahnsen
No.
|
Spontanitas
|
Receptivitas
|
Impresionabilitas
|
Reaktifitas
|
||||
Kualitas
|
tanda
|
Kualitas
|
tanda
|
Kualitas
|
tanda
|
Kualitas
|
tanda
|
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||||
1
|
Kuat
|
+
|
Cepat
|
+
|
Mendalam
|
+
|
Lama
|
+
|
2
|
Kuat
|
+
|
Cepat
|
+
|
Mendalam
|
+
|
Tak Lama
|
-
|
3
|
Kuat
|
+
|
Cepat
|
+
|
Tak.Men.
|
-
|
Lama
|
+
|
4
|
Kuat
|
+
|
Cepat
|
+
|
Tak.Men.
|
-
|
Tak Lama
|
-
|
5
|
Kuat
|
+
|
Lambat
|
-
|
Mendalam
|
+
|
Lama
|
+
|
6
|
Kuat
|
+
|
Lambat
|
-
|
Mendalam
|
+
|
Tak Lama
|
-
|
7
|
Kuat
|
+
|
Lambat
|
-
|
Tak.Men.
|
-
|
Lama
|
+
|
8
|
Kuat
|
+
|
Lambat
|
-
|
Tak.Men.
|
-
|
Tak Lama
|
-
|
9
|
Lemah
|
-
|
Cepat
|
+
|
Mendalam
|
+
|
Lama
|
+
|
10
|
Lemah
|
-
|
Cepat
|
+
|
Mendalam
|
+
|
Tak Lama
|
-
|
11
|
Lemah
|
-
|
Cepat
|
+
|
Tak.Men.
|
-
|
Lama
|
+
|
12
|
Lemah
|
-
|
Cepat
|
+
|
Tak.Men.
|
-
|
Tak Lama
|
-
|
13
|
Lemah
|
-
|
Lambat
|
-
|
Mendalam
|
+
|
Lama
|
+
|
14
|
Lemah
|
-
|
Lambat
|
-
|
Mendalam
|
+
|
Tak Lama
|
-
|
15
|
Lemah
|
-
|
Lambat
|
-
|
Tak.Men.
|
-
|
Lama
|
+
|
16
|
Lemah
|
-
|
Lambat
|
-
|
Tak.Men.
|
-
|
Tak Lama
|
-
|
Dengan berbagai uraian di
atas, maka dapat disimpulkan untuk mengetahui temperamen menurut Bahnsen, dalam
beberapa pedoman berikut ini.
·
Spontanitas kuat, reseptivitas cepat :
Choleris
·
Impresionabilitas tak mendalam,
reaktifitas tak lama : Sanguinis
·
Reseptivitas lambat, reaktifitas lama :
ph;egmatis
·
Spontanitas lemah, impresionabilitas
mendalam : anamatisch
2. Kemauan
Kemauan oleh Bahnsen
dipandang penting dan mengendalikan sebagian besar dari pada tingkah laku
manusia.
b.
Posodynie
Yang dimaksud dengan
posodyne ialah ketabahan manusia dalam menghadapi kesukaran atau dalam
menderita. Dalam hal ini ada dua macam, yaitu
1). Posodynie
kuat, yang ternyata pada kesabaran serta keteguhan hati pada waktu menderita
atau menghadapai kesukaran, kepercayaan akan datangnya hari yang baik (eukologi)
dan sebagainya.
2). Posodynie
lemah, yang ternyata pada sifat lekas putus asa, lekas berkeluh kesah, lekas
kehilangan kepercayaan terhadap akan datangnya hari yang lebih baik (dyskologi)
dan sebagainya.
c.
Daya Susila
Yang dimaksud dengan daya
susila ialah kecakapan manusia untuk membedakan dan meyakini hal-hal yang baik
dan yang buruk (dalam berbagai bentuknya, seperti adil dan tidak adil, patut
dan tidak patut, susila dan tidak susila dan sebagainya), serta untuk mengatur
tingkah lakunya sesuai dengan hal tersebut.
Nyata sekali, bahwa kombinasi ketiga macam keadaan yang telah
dikemukakan itu dapat merupakan variasi yang banyak sekali. Dipandang dari soal
yang terakhir ini teori Bahnsen itu lebih dekat kepada cara pendekatan
pensifatan (traits aproach), karena dia mengemukakan banyak sekali
segi-segi kejiwaan yang harus diperhitungkan dalam memperbandingkan kepribadian
manusia.
4. Tipologi
E. Meumann
Ernst Meumann (1862-1915)
boleh dikatakan seorang sarjana yang ideal pada zamannya. Ia belajar di
Tubingen, Berlin, Halle, Bonn dalam ilmu-ilmu theology, fisiologi, kedokteran,
fisika, filsafat dan psikologi, kemudian menjadi guru besar di Zurich,
Konigsberg, Munster, Halle, Leipzig dan Hamburg.
Bukunya yang mengupas soal kepribadian berjudul intelligenz und wille. Seperti gurunya yaitu Wundt, Meumann berpandangan Voluntaristis
: watak diberinya batasan sebagai disposisi kemauan, secara bagan dapat
digambarkan sebagai berikut :
(BAGAN : 5)
Oleh karena itu watak (character)
adalah disposisi kemauan yang manifest dalam perbuatan, maka pembahasan tentang
watak dapat dikerjakan dengan melalui pembahasan kemauan. Menurutnya kemauan
mengandung tiga aspek pokok, yaitu :[15]
a.
Aspek yang mempunyai dasar kejasmanian
Dipandang dari segi ini
Meumann dapat disebut bersifat fisiologis. Sifat-sifat kemauan itu mempunyai
dasar fisiologis dan pada pokoknya tergantung kepada sistem saraf. Sehingga
aspek ini mencakup :
1). Intensitas
atau kekuatan kemauan : ada orang yang mempunyai konstitusi saraf yang kuat dan
karenanya mempunyai kekuatan yang besar dan sebaliknya.
2). Lama
atau tidaknya orang melakukan tindakan kemauan : juga di sini dengan
mempergunakan hasil-hasil penyelidikan Mosso, Krapelin dan Stern ditunjukkan
bahwa perbedaan dalam hal ini berpangkal pada perbedaan dalam kekuatan saraf.
3). Sebagai
taraf perkembangan kemauan yang terjadi berbagai individu yang juga punya dasar
fisiologie, taraf-taraf tersebut adalah :
a). Disposisi
untuk bertindak secara instinktif atau impulsif, dan lawannya yaitu bertindak
hati-hati dan menjangkau ke depan (melihat lebih jauh).
b). Disposisi
untuk bersikap menaruh perhatian (attentive).
c). Disposisi
untuk menentukan persetujuan ; dalam hal ini yang segera menentukan dan ada
yang lama menimbang-nimbang.
d). Disposisi
untuk bertindak secara kebiasaan atau mekanis.
b.
Aspek afektif, yang menjelma dalam
temperamen
Temperamen oleh Meumann
diberinya batasan sebagai bentuk afektif aktifitas yang tergantung kepada kerja
sama antara disposisi-disposisi afektif dan volisional. Bagaimanakah kita
mempengaruhi disposisi-disposisi afektif itu ? Meumann menjawab soal ini dengan
menunjuk kepada sifat-sifat fundamental perasaan. Jadi dengan demikian analisis
tentang temperamen lalu menjadi analisis tentang perasaan. Sifat-sifat
fundamental tersebut adanya pada manusia dalam conretonya boleh dikata tak
terhingga banyaknya variasinya, tetapi dalam abstractonya secara teori, dapat
dilakukan dikhotomosasi, yaitu penggolongan menjadi dua golongan. Adapun
sifat-sifat fundamental perasaan itu adalah sebagai berikut :
1). Berdasarkan
atas mudah dan tidaknya terpengaruh oleh perangsang, dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu (a). mudah dan (b). sukar.
2). Berdasarkan
kualitasnya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (a). senang dan (b). tak
senang.
3). Berdasarkan
intensitas (kekuatan atau kejelasannya) dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu (a). kuat / mendalam dan (b). tak kuat / tak mendalam.
4). Berdasarkan
atas lama berlangsungnya, yaitu lama atau tidaknya ada dalam kesadaran, dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu (a). lama dan (b). tak lama.
5). Berdasarkan
atas pengaruhnya (effect) setelah pernah tidak lagi disadari, dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu (a). lama, selalu kemabli kesadaran dan (b). singakat.
6). Berdasar
atas genesisnya, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (a). terutama
ditimbulkan oleh perangsang dari luar atau dari dalam dan (b). terutama
ditimbulkan oleh isi-isi kesadaran.
7). Berdasarkan
atas hubungannya dengan lain-lain isi kesadaran, dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu (a). rapat / erat, ada penyatuan dan (b). tak rapat.
8). Berdasarkan
atas hubungannya dengan subyek, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (a).
diobyekkan, misalnya hari yang menggembirakan, pagi yang riang dll. dan (b).
disubyekkan, yaitu perasaan dipandang sebagai afeksi subyek semata-mata.
Kemudian berdasarkan atas
bahan-bahan yang baru saja dikemukakan itu, telah dapat disusun suatu rangka
teori temperamen, namun dalam hal ini Meumann masih mencari segi-segi
fisiologinya. Modus atau bentuk terlahirnya perasaan itu dapat bermacam-macam
dan tendens-tendens ekspresif ini mempengaruhi keadaan fisiologis tertentu
yaitu :
a). Susunan
saraf pusat
b). Alat-alat
motoris
c). Fungsi-fungsi
vaso-motoris
Telah menjadi pengetahuan
umum bahwa kegembiraan biasanya meningkatkan kegiatan, mendorong ke arah aktif,
sedangkan kesedihan biasanya menghilangkan atau menurunkan kegiatan,
menyebabkan pasif. Dalam pada itu harus diingat pula, orang akan berlain-lainan
reaksinya, misalnya saja orang malu dapat menjadi marah dapat pula menjadi
pucat.
c.
Aspek kecerdasan (intelligenz)
Aspek kecerdasan ini
mencakup tiga macam kualitas, sebagai berikut :
1). Yang
berhubungan dengan sifat kerja mental, dalam hal ini dapat dibedakan adanya
tiga kualitas berfikir, yaitu :
·
Berfikir produktif
·
Berfikir reproduktif
·
Berfikir tidak produktif
2). Yang
melingkupi taraf kebebasan intelektual, dalam hal ini dapat dibedakan adanya :
·
Yang tinggi taraf kebebasannya – bebas
·
Yang rendah taraf kebebasannya – tak bebas
3). Yang
melingkupi perbedaan-perbedaan dalam cara berfikir, dalam hal ini ada dua,
yaitu :
·
Berfikir analitis dan lawannya berfikir
sentesis
·
Berfikir intuitif dan lawannya berfikir
diskurtif
5. Teori
Heymans
Hasil karya Heymans merupakan
kemajuan satu langkah dalam lapangan tipologi atas dasar temperamen. Dia tidak
lagi seperti ahli-ahli yang lebih dahulu yang menyusun teorinya yang atas dasar
pemikiran spekulatif, tetapi dia atas dasar data-data penyelidikan empiris.
Dengan mempergunakan data-data yang berasal dari biografi, keterangan tentang
keturunan serta keadaan anak-anak sekolah menengah di Nederland, secara komparatif dengan
mempergunakan tehnik statistik Heymans menarik kesimpulan-kesimpulannya yang
terutama dirumuskan dalam Inleiding tot de speciale psychology (1948).
Data yang dianalisis oleh Heymans
adalah berupa :
a. Bahan biografis
: 110 biografi orang-orang yang berbeda waktu hidupnya, tempat tinggalnya dan
kebangsaannya.
b. Keturunan
mengenai 458 keluarga meliputi 2523 orang.
c. Keterngan
mengenai murid-murid sebesar 3938 orang
d. Hasil penelitian
laboratorium.
Dari hasil penelitian berdasar pada
data-data di atas, Heymans berpendapat bahwa manusia itu sangat berlain-lainan
kepribadiaannya, dan tipe-tipe kepribadian itu bukan main banyak macamnya,
boleh dikata tak terhingga. Artinya tiap orang memiliki kualitas dalam taraf
tertentu, dalam concretonya adanya kualitas-kualitas tersebut tak terhingga
variasinya, akan tetapi dalam abctractonya atau secara teorinya dapat dilakukan
dikhotomisasi, dan secara garis besarnya dapat digolongakan menjadi tiga macam
kualitas kejiwaan seseorang, yaitu :[16]
a. Emosionalitas
Yaitu mudah atau tidaknya perasaan
orang terpengaruh oleh kesan-kesan. Pada dasarnya semua orang memiliki
kecakapan ini, yaitu kecakapan untuk menghayati sesuatu perasaan karena
pengaruh sesuatu kesan, tetapi kecakapan tersebut dapat berlain-lainan dalam
tingkatannya, dan dalam dikhotomi terdapat :
1). Golongan yang
emosianal, artinya yang emosionalitasnya tinggi, yang sifat-sifatnya antara
lain impulsif, mudah marah, suka tertawa, perhatian tidak mendalam, tidak
praktis, tetap di dalam pendapatnya, ingin berkuasa, dapat dipercaya dalam soal
keuangan.
2). Golongan yang
tidak emosional, yaitu golongan yang emosionalitasnya tumpul atau rendah, yang
sifat-sifatnya antara lain berhati dingin, zakelijk, berhati-hati dalam
menentukan pendapat, praktis, jujur dalam batas-batas hukum, pandai menahan
nafsu birahi dan memberi kebebasan kepada orang lain.
b. Proses
pengiring (skunder)
Yaitu banyak sedikitnya pengaruh
kesan-kesan terhadap kesadaran setelah kesan-kesan itu sendiri tidak lagi ada
dalam kesadaran. Di sini ada beberapa tingkatan, yang dalam dikhotomi ada dua
tingkatan, yaitu :
1). Golongan yang
proses pengiringnya kuat (berfungsi skunder), yang sifat-sifatnya antara lain
tenang tak lekas putus asa, bijaksana (verstanding), suka menolong,
ingatan baik, dalam berfikir bebas, teliti, konsekuen dalam politik moderat
atau konservatif.
2). Golongan yang
proses pengiringnya lemah (berfungsi primer), yang sifat-sifatnya antara lain
tidak tenang, lekas putus asa, ingatan kurang baik, tidak hemat, tidak teliti,
tidak konsekuen, suka membeo, dalam politik radikal (egois).
c. Aktifitas
Adapun yang dimaksud dengan aktifitas
di sini ialah banyak sedikitnya orang menyatakan diri, menjelmakan
perasaan-perasaannya dan pikiran-pikirannya dalam tindakan yang spontan. Dalam
hal ini oleh Heymans digolongkan menjadi dua macam, yaitu :
1). Golongan yang
aktif, yaitu golongan yang karena alasan lemah saja telah berbuat, sifat-sifat golongan
ini antara lain suka bergerak, sibuk, riang gembira, dengan kuat menentang
penghalang, mudah mengerti, praktis loba akan uang, pandangan luas dan setelah
bertengkar lekas mau berdamai.
2). Golongan yang
tidak aktif, yaitu golongan yang walaupun ada alasan-alasan yang kuat belum
juga mau bertindak, sifat-sifat golongan ini antara lain lekas mengalah, lekas
putus asa, segala soal dipandang berat, perhatian tak mendalam, tidak praktis,
suka membeo, nafsu birahi kerap kali menggelora, boros dan segan membuka diri.
Dengan dasar tiga kategori di atas, yang masing-masing
terdiri atas dua golongan, maka Heymans menemukan delapan tipe, hal ini dapat
dilihat dalam bagan berikut ini :
(BAGAN : 6)
Kemudian jika golongan yang
emosianal, yang proses pengiringnya kuat, serta yang aktif diberi tanda (+),
sedangkan yang sebaliknya diberi tanda (-), maka ikhtisar demikian dapat
dilihat dalam tabel berikut ini:
TABEL : 5
Ikhtisar
Tipologi Temperamen : Heymans
No.
|
Emosional
|
Proses Pengiring
|
Aktifitas
|
Tipe
|
|||
Sifat
|
tanda
|
Sifat
|
tanda
|
Sifat
|
tanda
|
||
1
|
Emosional
|
+
|
Kuat
|
+
|
Aktif
|
+
|
Gepasionir
|
2
|
Emosional
|
+
|
Kuat
|
+
|
Tak Aktif
|
-
|
Sentimentil
|
3
|
Emosional
|
+
|
Lemah
|
-
|
Aktif
|
+
|
Choleris
|
4
|
Emosional
|
+
|
Lemah
|
-
|
Tak Aktif
|
-
|
Nerveus
|
5
|
Tak Emosional
|
-
|
Kuat
|
+
|
Aktif
|
+
|
Phlegmatis
|
6
|
Tak Emosional
|
-
|
Kuat
|
+
|
Tak Aktif
|
-
|
Apathis
|
7
|
Tak Emosional
|
-
|
Lemah
|
-
|
Aktif
|
+
|
Sanguinis
|
8
|
Tak Emosional
|
-
|
Lemah
|
-
|
Tak Aktif
|
-
|
Amoprh
|
6. Teori
G Ewald
G. Ewald memepunyai titik berangkat
dan sudut pandangan yang berbeda dari ahli-ahli yang telah dibicarakan
sebelumnya. Dia berangkat dari sudut pandangan psikiatrik, karya utamanya dalam
bidang teori kepribadian dalam Temperamen und Character (1924). Di dalam
tnjauannya yang beisfat psikiatrik itu Ewald membuat perbedaan secara tajam
antara temperamen dan watak. Sebagaimana dijelaskan dalam keterangan berikut
ini :[17]
a. Temperamen
Temperamen adalah konstitusi psikis,
yang berhubungan dengan konstitusi jasmani. Jadi di sini keturunan atau dasar
memainkan peranan penting, sedang pengaruh pendidikan dan lingkungan boleh
dikata tidak ada. Selanjutnya Ewald berpendapat bahwa temperamen itu sangat
erat hubungannya dengan biotonus (tegangan hidup, kekuatan hidup dan tegangan
energi), yaitu intensitas serat irama hidup. Biotonus ini ada selama hidup dan
adanya pada diri seseorang constant, terutama tergantung kepada konstelasi
hormon-hormon.
Biotonus ini tergantung faktor
kejiwaan yang merupakan temperamen, yaitu :
1). Intensitas dan
tempo hidup
2). Perasaan-perasaan
vital yang menyertainya (suasana perasaan individu)
Selanjutnya Ewald membedakan adanya
tiga macam temperamen, yang perbedaanya terutama bersifat kuantitatif,
berdasarkan atas kuat atau lemahnya biotonus itu, yaitu :
1). Temperamen
sanguinis atau hipomanis, dengan biotonus kuat
2). Temperamen
melancholis atau depresif, dengan biotonus lemah
3). Temperamen biasa
atau normal, dengan biotonus sedang
b. Watak
(character)
Ewald memberi batasan watak sebagai
totalitas dari keadaan-keadaan dan cara bereaksi jiwa terhadap perangsang.
Secara teoritis dia membedakan antara : watak yang dibawa sejak lahir dan watak
yang diperoleh, dengan keterangan berikut :
1). Watak yang
dibawa sejak lahir
Watak yang dibawa sejak lahir (angeborener
Charakter, watak genotipis), yaitu aspek yang merupakan dasar dari pada
watak, watak genotipis ini sangat erat hubungannya dengan keadaan fisiologis,
yakni watak kualitas susunan saraf pusat.
2). Watak yang
diperoleh
Watak yang diperoleh (erworbener
Character, watak phaenoripis), yakni watak yang telah dipengaruhi oleh
lingkungan, pengalaman dan pendidikan.
Sebagai kesimpulan atas perbedaan temperamen
dan watak menurut Ewald adalah bahwa temperamen boleh dikata tetap selama
hidup, jadi tidak mengalami perkembangan, karena temperamen tergantung kepada
konstelasi hormon-hormon, sedangkan konstelasi hormon-hormon itu tetap selama
hidup. Adapun watak, walaupun pada dasarnya telah ada tetapi masih mengalami
pertumbuhan atau perkembangan, watak sangat tergantung kepada faktor-faktor
eksogen.
Dengan demikian telah nyata
aspek-aspek atau komponen-komponen apa yang ada pada manusia, namun dalam
menyusun tipologinya Ewald menggunakan prinsip-prinsip lain, yang pada pokoknya
didasarkan kepada "busur refleks" (menurut psikologi lama),
yang menyatakan bahwa tingkah laku itu tersusun atas tiga stadia yaitu :
a. Penerimaan
rangsang
b. Penyimpanan dan
pengolahan kesan perangsang
c. Reaksi, yakni
penjelmaan perangsang yang telah disimpan dan diolah itu dalam tindakan
Untuk memperjelas pendapat tersebut dapat dilukiskan dalam
bagan busur reflek : tiga stadia tingkah laku, berikut ini :
(BAGAN : 7)
Masing-masing stadium yang
digambarkan di atas, oleh Ewald dapat digunakan dalam menggolongan tipologi,
dengan keterangan sebagai berikut :
1). Stradium I,
disebut oleh Ewald Eindrucksfahingkeit, yakni kecakapan menerima
kesan-kesan atau kepekaan terhadap perangsang (yang diberi lambang Ed). Dalam
hal ini masih dibedakan lagi menjadi dua macam, yaitu :
a.
Kepekaan terhadap perasaan-perasaan tinggi atau empfinadlichkeit
(yang diberi lambang E)
b.
Kepekaan terhadap perasaan-perasaan instinktif atau triebesfahigkeit
(yang diberi lambang Tr)
2). Stadium II,
terdiri dari dua macam, yaitu :
a.
Retentionsfahigkeit (yang diberi lambang R), yakni retensi, proses
pengiring dari pada apa yang tersebut di atas (stadium I). Jadi masalahnya
ialah apakah pengalaman-pengalaman mempunyai bekas yang mempengaruhi tingkah
laku selanjutnya. Maka dalam hal ini ada orang yang dapat menyimpan kesan-kesan
dalam waktu yang lama dan ada yang tidak lama.
b.
Intrapsychische (yang diberi lambang IA), yaitu kecakapan jiwa untuk
mengolah kesan-kesan.
3). Stadium III,
disebut Leitsfahigkeit (yang diberi lambang L), yaitu kecakapan untuk
menjalankan apa yang telah diolah atau dipertimbangkan itu dalam perbuatan,
jadi masalahnya ialah apakah individu dapat merealisasikan apa yang telah
diolah atau dipertimbangkan itu.
Dengan berdasar pada pembicaraan di
atas, maka bagan yang telah dikemukakan (bagan : 7) dapat disempurnakan dengan
bagan berikut ini :
(BAGAN : 8)
[1] Sumadi
Suryabrata. Psikologi Kepribadian. (Jakarta : PT. Raja
Grafindo. 2003), 10 - 11
[2] Ibid.,
12., Bandingkan dengan Ngalim
Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Badung: PT. Remaja Rosda Karya, 1996),
147., lihat juga Agus Sujanto, et.
al., Psikologi Kepribadian, (Jakarta:
PT. Bumi Aksara, 2008), 22
[3] Ibid.,
16
[4] Dalam bahasa Jawa disebut gembung, sedangkan dalam bahasa Inggris
disebut trunk
[5] Sumadi
Suryabrata. Psikologi Kepribadian,16
[6] Agus Sujanto, et. al., Psikologi
Kepribadian, 23 – 24., lihat Sumadi Suryabrata. Psikologi Kepribadian, 18
[7] Sumadi
Suryabrata. Psikologi Kepribadian, 18
[8] Agus Sujanto, et. al., Psikologi
Kepribadian,, 24 – 25., bandingkan dengan Sumadi Suryabrata. Psikologi Kepribadian, 21 - 28
[9] Sumadi
Suryabrata. Psikologi Kepribadian, 34
– 35., bandingkan dengan Alwisol, Psikologi
Kepribadian, (Malang:
UUM Press, 2007), 201., lihat
juga Agus Sujanto, et. al., Psikologi Kepribadian, 26 – 27
[10] Sumadi
Suryabrata. Psikologi Kepribadian, 38
– 43., bandingkan dengan Agus
Sujanto, et. al., Psikologi Kepribadian, 28 – 30., lihat
juga Alwisol, Psikologi Kepribadian, 204-205
[11] Sumadi
Suryabrata. Psikologi Kepribadian,
52., bandingkan dengan Agus Sujanto,
et. al., Psikologi Kepribadian, 38 – 39
[12] Ibid.,
53 - 55
[13] Ibid.,
55 - 61
[14] Ibid.,
61 - 65
[15] Ibid.,
66 - 70
[16] Ibid.,
71 – 74., bandingkan dengan Agus
Sujanto, et. al., Psikologi Kepribadian, 33 – 36
[17] Ibid.,
74 – 77., bandingkan dengan Agus
Sujanto, et. al., Psikologi Kepribadian, 36 – 37
lengkap banget tapi kurang ciri-ciri tipologi secara keseluruhan
BalasHapusijin copas buat bahan kuis.thanks ^^
BalasHapusmantap. terimakasih <3
BalasHapus